SUMBERNYA DISINI
Dari informasi yang kuperoleh di internet, katanya di daerah Dago, Bandung, ada sebuah curug (air terjun .red) yang dikenal dengan nama Curug Dago. Berhubung rumahku di Bandung ada di daerah Dago, kupikir bolehlah aku berkunjung kesana. Toh, misiku di tahun 2010 ini berubah, dari yang dulu nyari candi, sekarang ganti nyari curug.
Dengan sepeda lipat B2W yang kuusung dari Jogja, aku mulai perjalanan dengan mendaki Jl. Ir. H. Juanda menuju arah utara. Buatku ini serasa mendaki Jl. Kaliurang km 11 ke atas, karena jalannya nanjak agak landai walau beberapa kali diselingi tanjakan yang lumayan curam.
Sekitar 1,5 km aku sampai di Terminal Dago. Dari rumahku lumayan deket sih. Tapi kalau dari flyover perempatan Jl. Ir. H. Juanda yang ada di bawah, mungkin ada sekitar 6 km. Butuh perjuangan buat ngusung sepeda ke Curug Dago ini.
Dari sana aku lihat sebuah poster yang bertuliskan Curug Dago. Jadilah aku mengikuti arah poster itu ke arah kiri (barat .red) dari Terminal Dago, melibas turunan jahanam dan ketemu lagi dengan poster Curug Dago yang lain.
Nah, poster itu nunjukin jalan setapak ke arah sebuah hutan. Aku sempat ragu dan tanya ke warga, tapi mereka bilang memang itu jalan ke Curug Dago. Ya sudah, jadilah aku nyepeda nyusuri jalan setapak yang pas buat dua kendaraan roda dua itu.
Sampai di hutan itu (yang ternyata masih di dalam kawasan Taman Hutan Raya Juanda), suara berisik air terjun kedengeran. Tapi aku masih harus menuruni anak tangga untuk sampai di dasar air terjun. Anak tangganya itu dari batu, dan sialnya licin serta berlumut. Alhasil aku harus hati-hati melangkah, sebab aku turun sambil bawa sepeda lipatku. Hehehehe.
Sekitar 100 meter, nyampe deh di dasar Curug Dago. Airnya deras, walau tingginya cuma 10 meter tapi butiran airnya bisa melayang dan hinggap di kameraku. Bikin aku dan kameraku basah kuyup dengan semburan air terjun.
Di sekitar curug sendiri ada dua bangunan warna merah. Ternyata di dalam bangunan itu ada prasasti. Menurut para ahli sejarah, kedua prasasti tersebut konon merupakan peninggalan Raja Rama V (Raja Chulalonkorn) dan Raja Rama VII (Pradjathipok Pharaminthara) yang pernah berkunjung ke Curug Dago sekitar tahun 1818.
Aku datang kesana sekitar pukul 7 pagi, suasana disana sangat sepi. Mungkin karena masih pagi ya. Tapi menurut kabar yang kubaca di internet, Curug Dago ini memang sepi. Mungkin karena sepi itu pula, fasilitas disana jadi tidak terawat. Seperti jalanan yang rusak dan besi pembatas tangga yang hilang. Padahal masuk kemari tidak dipungut biaya sepeser pun.
Padahal menurutku, curug ini cukup fotogenik buat obyek foto walau pengunjung gak bisa bermain air disini. Gimana Curug Dago ini menurut teman-teman?
Kunjungi blog penulisnya disini
--
…………………./´¯/)
………………..,/¯../
………………./…./
…………./´¯/'…'/´¯¯`·¸
………./'/…/…./……./¨¯\
……..('(…´…´…. ¯~/'…')
………\……………..'…../
………."…\………. _.·´
…………\…………..(
…………..\………….\…
"Motorcycling - Adventouring - Enjoying Life"
Communication & Admin Media JDDC
----------------------------------------------
http://www.jddc-online.com/
http://andryberlianto.wordpress.com/
----------------------------------------------
==========================================================================
- Info, masukan, saran maupun kritik untuk KHCC, silahkan kirim email ke : pengurus@khcc.or.id
===========================================================================
Related Link: http://www.khcc.or.id