Friday, July 29, 2011

RE: [honda-tiger] trims tanggapannya yang banyak :-) Re: travel notes : touring pertama di lereng alpen

 

Oom krisna,
Di website Komunitas Honda Tiger Indonesia ada thread tentang cerita touring di Luar Negeri.
Selama ini yang cerita biasanya oom Andi Javaman yang sehari2 bawa kawak ZX6 di Australia.
Kadang beliau juga menyertakan foto2 liputannya yang manstab abis.

Cerita anda mengingatkan saya pada thread tersebut,
Mohon ijin copas ke web honda-tiger.or.id kalo ntar udah bisa up and running again servernya.

-----Original Message-----
From: honda-tiger@yahoogroups.com [mailto:honda-tiger@yahoogroups.com] On Behalf Of Krisna Diantha Akassa
Sent: Thursday, 28 July, 2011 7:12 PM
To: honda-tiger@yahoogroups.com
Subject: [honda-tiger] trims tanggapannya yang banyak :-) Re: travel notes : touring pertama di lereng alpen

trims tanggapannya yang banyak :-)
mohon maaf untuk semua jika terasa ada pamer swiss
tak ada maksud itu sama sekali
kalau ada yang kurang suka, begitu muncul nama saya, delete saja

saya, pekerjaan utama perawat di panti jompo, juga masih aktif sebagai
profesional writer, alias wartawan/koresponden di koran seputar indonesia
(koran sindo) jakarta, tapi nulisnya seminggu cuma sekali (sibuk dgn dua
anak, gak ada pembantu :-))

naik motor ini hobby baru, jadi masih sangat semangat nyetirnya, semangat
nulisnya
meskipun katro, pokoknya ditulis saja, nanti dibaca lagi kalau sudah mahir
sambil nyengir
sekarang masih malu-maluin nyetirnya, kalau nulisnya sudah puluhan tahun
pengalamannya :-)

besok mau turing lagi, kali ini gak mlipir gunung, tapi keliling danau
ada 1400 danau di swiss :-)

mudah2an catatan saya menjadikan milis ini makin beragam
dan kalau ke jakarta atau indonesia, insyah Allah tahun depan
mau sekali ketemu darat

soal keindahan alam, agak sulit dibandingkan, beda flora dan faunannya
indonesia juga indah, swiss pun demikian


danke

krisna




Pada 28 Juli 2011 12:44, Krisna Diantha Akassa <krisnadiantha@gmail.com>menulis:

> 1818, James Holman, seorang marinir Inggris, dipensiunkan karena matanya
> tiba tiba buta. Beberapa bulan kemudian, James memutuskan keliling dunia. Tak
> ada yang bisa dilihatnya, tak satupun bahasa asing, selain Inggris, yang
> dikuasainya. �emang tak banyak yang bisa dilihat,?tulisnya dalam *The
> Narrative of a Journey through France. *Bagaimana *The Blind Traveller*ini menikmati perjalanannya? �emua, yang ingin saya ketahui, saya rasakan
> dengan hidung dan telinga. Juga saya rabah, kalau perlu,?imbuhnya.
>
>
>
> Resep yang sama agaknya pas untuk menikmati pegunungan Alpen, yang dua
> pertiga wilayahnya menguasai Swiss. Bermobil menyusuri tebing gunung paling
> perkasa di Eropa ini, sudah biasa kami lakukan, bahkan bersama dua anak anak
> balita kami. Jalan kaki apalagi, hampir saban musim panas kami menyusuri
> lereng yang satu ke lembah hijau lainnya. Naik motor? Agaknya hal baru,
> bahkan boleh dibilang pertama kali.
>
>
>
> Semangat Holman, yang nekad menggunakan kendaraan umum kendati matanya
> buta, membuat saya �erani?solo touring dengan moge ke salah satu pass di
> lereng Alpen. Cuaca yang mendung, jalanan yang masih basah karena rembesan
> air gunung, dan ini yang penting : saya belum bisa menikung dengan sempurna,
> sementara jalur gunung Alpen, selalu penuh tikungan yang mengular. Di depan
> pintu rumah, di kaki Gunung Pilatus, Kriens, Swiss Tengah, wajah istri saya
> memendarkan kekhawatiran, sebelum berangkat kerja. �ati-hati saja,?
> katanya, seraya mengayuh sepeda elektronik menuju kantornya.
>
> Saya terbiasa tidak menggunakan sarung tangan di Jakarta. Di Swiss,
> agaknya, wajib menggunakannya. Pada kilometer ke 20, tepatnya di desa
> Wohlusen, tangan ini gemetar, bahkan terasa kaku untuk digerakkan.
> Kupinggirkan si Honda merah ini. Mau tak mau, kusarungkan sarung tangan
> untuk main ski. Meski terasa cengkeraman ke gas, tarikan rem dan kopling
> terasa tebal, terus saja kulajukan mesin dua silinder ini dalam kecepatan
> terukur : kalau pas 60 km per jam ya 60, kalau harus 80 km per jam ya
> ditancap sampai 80.
>
> Barulah ketika masuk pegunungan, tak ada lagi aksi mengikuti kecepatan yang
> disarankan. Jalanan yang basah akibat rembesan air gunung, membuat saya
> gemetar memacu di tingkungan. Kanan kiri tebing batu cadas, jurang mengangah
> dalam jarak 1 meteran, siap menelan pengemudi yang belum begitu menguasai
> pegunungan alpen. Grogi ini membuat motor hanya melaju antara 30 km hingga
> 40 km saja. alon alon waton slamet met met met met, begitu komat kamit saya
> sejak dari tikungan pertama.
>
> Sampai di S?enberg, desa turisme sebelum mausk Glaubenbielen pass, saya
> minggir. Memelototi peta, menentramkan hati. Tak sampai lima menitan, dalam
> kecepatan terukur, antara 60 dan 80 km per jam, solo touring ini berjalan
> mulus. Barulah ketika masuk jalan ular tidur, saya hanya berani 40 km per
> jam. Jalur ini, di peta itu, disebut panorama strasse alias street view,
> yang pemandangannya luar biasa. Lembah landai, padang rumput, pucuk pucuk
> alpen atau hijau gelap hutan pinus. Danau Sarnen juga terlihat seucil dari
> ketinggian 1600 meter ini. Tepat di pucuk pass ini, saya ngasoh,
> melempengkan lutut dan melenggangkan tekanan di bokong, sambil tetap was
> was, karena jalur ular tidur lagi, bisa kelok sepuluh atau lebih, terlihat
> di depan mata. Hanya kali ini waktunya turun, bukan naik lagi.
>
> Tapi saya memiliki kemajuan sedikit, si Honda bisa melaju 40 hingga 50 km
> per jam. Pada belokan tajam tetap ngesot. Biker dari arah berlawanan yang
> melambaikan tangan, tidak mampu saya balas, karena konsentrasi penuh pada
> aspal basah di depan. Syukurlah, bukan hari libur, tak banyak kendaraan
> lewat.
>
> Lambat laun akhirnya saya mampu membalas lambaian tangan salam khas biker
> Swiss. Bahkan ketika Pos Auto, bus besar berada di depan mata, yang hanya
> menyisahkan ruas jalan 75 cm-an, saya bisa selamat melewatinya. Kalau
> kesenggol, alamat akan ngglundung di padang rumput milik petani desa Giswil.
> Bisa jadi akan tersangkut di pohon cerry atau apel.
>
> Saya tak bisa, atau belum, menikmati perjalanan ini ketika mulai masuk
> jalur nggunung , saking deg degannya, saking groginya. Meski pernah naik ke
> jalur sama, tapi dengan mobil roda empat , rasanya lain :-) Bersama motor,
> yang belum saya kuasai penuh manuvernya, sama seperti minum adrenalin satu
> botol. Udara segar pegunungan, elang liar yang memutar di atas kepala,
> atau kelinci yang terpental pental berlari terkagetkan suara mesin si
> merah, menjadi hiburan yang sulit dilupakan.
>
> Barulah ketika mulai masuk desa Giswil, ketika jalanan agak landai, mulai
> tidak lagi mengular, saya menikmati betul solo touring ini. Dari Giswil ke
> Sarnen disuguhkan bening biru danau Sarnen di sebelah kiri. Saya menoleh
> agak lama di sebuah bangunan bercat merah, dimana dulu saya setahun bekerja
> disana. Adakah orang orang gila yang dulu saya rawat disana masih semua
> hidup?
>
> Masuk desa Hergiswil disambut danau paling indah di Swiss, Danau Lucerne. Meskipun
> hanya boleh melaju paling banter 50 km per jam, saya merasa menjadi laki
> laki paling pemberani di dunia. Di pintu rumah di Kriens, di bawah kaki
> Gunung Pilatus, saya parkir Honda merah ini. Terima kasih James Holman. �
> am a Higway Star,?sebuah sms yang berjudul sama lagu Deep Purple itu
> saya kirimkan ke istri saya.
>
>
>
>
>
>
>
>
>
>
>


[Non-text portions of this message have been removed]



------------------------------------

-------------------------------------------------------
HONDA-TIGER MAILING LIST, Where Brotherhood Has No Limit
-------------------------------------------------------Yahoo! Groups Links



__._,_.___
Recent Activity:
-------------------------------------------------------
HONDA-TIGER MAILING LIST, Where Brotherhood Has No Limit
-------------------------------------------------------
.

__,_._,___