Thursday, September 2, 2010

Bls: [karisma_honda] OOT Menyusuri pantai Carita hingga Pangandaran

 

Badui aja yuk.............

Lebaran ini mau mudik sekalian ngelmu lagi....ada yang mau ikut ? heheheh


Dari: Alex Setia <Alex.Setia@relife.co.id>
Kepada: "karisma_honda@yahoogroups.com" <karisma_honda@yahoogroups.com>
Terkirim: Kam, 2 September, 2010 16:23:02
Judul: [karisma_honda] OOT Menyusuri pantai Carita hingga Pangandaran

 

Ayo yang berpetualang silahkan dicoba …………!

 

===============================================

Laporan perjalanan Team Susur Pantai Selatan Kompas tahun lalu
sangat membangkitkan semangat untuk merealisasikan angan2 banyak
tahun berselang untuk bisa ke daerah selatan Banten dan Jawa Barat .
Memang karena sering sekali mengadakan perjalanan darat [ driving ], melihat
peta daerah Cikotok, Ujung Genteng, Pameungpeuk dll yang gambar jalannya
terputus-putus , menakutkan apalagi informasi wisata ke daerah2 tsb juga sangat
minim sampai adanya laporan perjalanan Team Susur Pantai Selatan Kompas 2009.
Saya juga banyak sekali mengumpulkan informasi dari milis Jalan Sutra
[ P Dr Sindhi, Mbak Robiyati dll ] yang kemudian sampai kepada kawan2 dokter
nya
P Dr Sindhi di daerah2 'terpencil' yang baik sekali memeberi info2 yang berguna
.
Terakhir saya mengunjungi pameran wisata di Jakarta , mendapat peta dan info
terbaru terutama daerah antara Cidaun ke Pameungpeuk yang menurut Google Maps
terputus dan harus menempuh jalan ke utara, ke Ciwidey , Pengalengan turun ke
selatan lagi , sungguh mengurangi semangat jalan2 ke pantai selatan Jawa ini
karena selain menempuh 4-5 jam perjalanan juga informasi di JS ada jalan yang
putus

jembatannya ...
Perjalanan menyusuri pantai selatan kali ini dimulai dari Carita , lengkap ke P
Krakatau
Labuan , Tanjung Lesung, Sumur [ P Umang], Muarabinuangeun, Bayah, Pelabuhan
Ratu,

Cikadal, Ujung Genteng/Pangumbahan, Babadan, Sindangbarang, Cidaun, Pameungpeuk
sampai Pangandaran, trus diakhiri dengan ke G Galunggung [ ngga sampai puncak
karena kemaleman ].



Hari Pertama , Jumat, 6 Agustus 2010,

Dini hari bersama Cisca, saya sudah meluncur ke Anyer , agar dapat
kapal yang pagi2 bisa disewa ke P Krakatau. Biasanya ombak masih teduh.
Informasi kapal yang bisa disewa memang masih kabur, bahkan ada yang
bilang lebih baik dari Lampung , karena lebih dekat ke P Krakatau.
Juga ada yang menyebut biaya sewa kapal dari Anyer mencapai Rp 4 juta
karena mesin kapalnya pakai premix yang pulang pergi bisa mencapai 100 l
atau lebih dari 1/2 juta rupiah ..]
Saya coba menelusuri pantai Anyer hingga akhirnya menemukan pantai
Lippo- Marina yang sebelahnya adalah pantai yang dikelola Perhutani.
Disitu sebelum parkir pun sudah kelihatan beberapa orang ancang2
menghampiri kami untuk menawarkan jasa sewa kapal .
Kurang yakin kami bisa dapat kapal yang cocok sebenarnya , namun akhirnya
bisa yakin untuk sewa speed boat [ fibre ] 2 mesin dengan ongkos Rp 2 jt
Kapal ini sebenarnya ber kapasitas 17 penumpang kira2 , dengan awak kapal
2 orang , jadi kapal pribadi selama beberapa jam..
Beberapa hari sebelumnya saya sudah nekat mau backpakeran ikut dan
bayar biaya package travel yg emailnya saya terima ke P Krakatau per
orang Rp 750,000 , juga ikut KRI Makasar yang ada acara buat divers
ke P Krakatau Rp 1 juta , namun kedua tour itu akhirnya batal.
Sekedar gambaran business ke Krakatau yang cukup ramai yang sebenarnya
kalau dilakukan sendiri [ dgn kelompok sendiri ] mungkin bisa jauh lebih murah.
Dari rumah saya sudah siap bawa pelampung karena ekspektasinya akan naik
kapal nelayan yang 'menakutkan seperti yang diceritakan JSer senior ,
P Broeriadi Kusuma dalam bukunya 75 thn , pernah terkatung2 dengan kapal
nelayan beberapa jam karena mesin kapalnya mati.... [ puluhan tahun lalu ..]
Sebelum berangkat, saya menyempatkan diri menjumput pasir satu liter,
buat koleksi dan kami sailed on ke P Krakatau .
Speed boat yang diambil dari Labuhan [ ?] port melaju dengan baik dan ombak
juga cukup bersahabat walau sudah jam 10:00 lebih.
Setelah menikmati alam yang sangat damai dan teduh, kami mendekati P Anak
Krakatau, dimana melewati P Krakatau Besar di sebelah kiri, dan Pulau kecil lain

di sebelah kanan [ pecahan P Krakatau setelah meletus 1883.
P Anak Krakatau kelihatan masih berasap , masih aktif namun ngga mengeluarkan
letusan2 seperti beberapa bulan lalu.
P Anak Krakatau ini terus tumbuh tinggi dari waktu ke waktu hingga sekarang
kelihatan lebih tinggi dari G Krakatau sendiri.
Mendarat di P Anak Krakatau , sudah merasakan wibawa nya, kami juga melihat
banyak turis asing yang ber kemah di pantai .
Biasanya ada petugas Kehutanan yang memantau para pengunjung plus memungut
biaya masuk ke P Anak Krakatau , namun hari itu kami beruntung.
Sedikit masuk ke dalam pulau dari pantai , Kang Zaenal, anak muda yang kekar
menunjukkan jalan ke arah mendaki G Anak Krakatau.
Tadinya saya sudah bersepakat , untuk minta tolong pada Kang Zaenal itu buat
memungut pasir di puncak Krakatau itu atau minimal di lereng yang masih aman
buat didaki, tapi akhirnya puncak gunungnya terlalu eksotis buat di abaikan,
jadi

walau terengah2 saya ikut mendaki lereng curang berpasir kasar ke puncak...
Cisca menunggu di 'base camp ' dengan was2 , takut juga bekas pacarnya hilang...
Pemandangan dari atas [ dekat ke puncak ] sungguh luar biasa , yang kalau kita
bisa

disitu saat sunset atau sunrise mungkin lebih dahsyat lagi..
Kang Zaenal membantu saya memungut pasir lava hitam dari 3 lokasi di dekat
puncak, yang

kasar sekali, sedang dan juga ada yang cukup halus , hampir sama dengan yang di
pantai.
Kalau saya bandingkan dengan pasir lava muntahan dari Mt Pu'u'oke'oke'a [ 6875
ft]
di P Hawai , hitamnya beda , mungkin karena kandungan mineralnya beda.
Saya juga menikmati bongkahan lava yang terasa ringan berwarna hitam ke
coklatan.
K Zaenal sangat care mengawal saya ketika menuruni lereng krakatau karena
ternyata

memang sangat berbahaya karena ber pasir krikil yang sangat mudah merosot.
Saya mendapat pelajaran untuk menuruni lereng seperti ini dengan lebih berpijak
pada

tumit karena kemudian tumit akan menusuk pasir lebih dalam dan mencegah kita
merosot
atau tergelincir.
Rasanya yang terbaik memang menuruni lereng itu dengan menghadap lerengnya
seperti

ketika mendaki, tapi saya malu juga , akan makan waktu lama turunnya.
Saya agak menyesal ketika bertemu dengan seorang pendaki wanita , berhenti
ketakutan

ngga bisa naik dan takut buat turun..., mestinya saya atau Kang Zaenal meolong
nya turun...

Pulang kami berkesempatan mengambil pasir di pantai P Krakatau besar , warnanya
juga

masih hitam dan menarik.
Dalam perjalanan pulang saya mendengar dari kapten kapal , perjalanan dari
Carita ke

Ujung Kulon hanya 3 jam , tapi ongkosnya diminta 3,5 juta pp , sebenarnya kalau
dari awal

kita bilang ke P Krakatau trus ke Ujung Kulon, P Peucang dll balik ke Carita
bisa

cukup Rp 5 juta .
Perjalanan bisa singgah2 ke banyak pulau tanpa tambahan biaya dan cukup cepat ,
aman lagi.
Mungkin satu waktu saya akan kembali untuk berlayar ke Ujung Kulon itu.
Dari Carita kami menyempatkan mampir ke Resto Mak Entin Labuhan yang terkenal
otak2 dan ikan bakar dll. Kalau dibandingkan dengan kunjungan saya tahun lalu
saya merasa ada penurunan kwalitas makanan nya, atau mungkin kami terlalu lelah
,
kebanyakan minum hingga kurang selera makan ?
Dari Labuhan hari sudah tinggi, kami drive menyusuri pantai dan di kota
Pagelaran

belok kanan menyusuri pantai lagi menuju Tanjung Lesung Resort.
Jalan yang bagus , hotmix, menyebabkan jalan terasa dekat, ngga terasa kami
mendekati

sasaran , melewati pantai Loa, yang ternyata cukup menyenangkan buat liburan
pantai.
Kami lanjut ke Tg Lesung Resort , melalui penjagaan yang ketat , namun dengan
gaya yakin

mau nginap, semua jadi beres , bahkan diberi arahan lokasi hotel, villa2,
pantai, marina dll
Memang Tg Lesung ini sudah seperti daerah wisata yang lengkap namun sayang belum
ter
lalu ramai bahkan terasa sepi, padahal saya datang hari Jumat , weekend season..
Kami drive terus ke Bodur Beach yang permai dan elok.
Buat masuk pantai ini ada penguasanya harus bayar entrance fee Rp 30,000.00
Main purpose kami ngambil pasir dan foto2 pantai , dapat extra bonus , karena
disini
pantainya banyak sekali batu2 pantai [ bukan karang ] berwarna putih yang
besar2.
Yah mumpung naik mobil sendiri dan gede, kami ambil sepuasnya batu2 itu...
Dekat Bodur Beach ada pantai lain , pantai Penyu yang jalannya sedang dibangun [
ngga
kelar2 sih...] ngga berani kami kunjungi karean diperingatkan security soal
jeleknya jalan.
Jalan jelek itu sebenarnya bisa lanjut ke pantai Camara yang cukup terkenal dan
lanjut ke

Sumur yang di depan P Umang itu .
Saya sempat 'cari info ' ke Front Office Tg Lesung Resort yang dilayani baik
sekali

dan diberitahu weekend rate paling murah Rp 1,000,000 bisa saja booking melalui
on line
atau di jakarta yang satu group dengan hotel Golden di Jl Angkasa/Gunung Sahari
[tel 0819 19 567118]
Apa yang saya lihat Tg Lesung Resort tetap menarik buat di kunjungi atau hide
out .
Mungkin pantai buat rekreasi di Bodur atau Penyu masih harus dicapai pakai
sepeda
namun keindahan buat ber rekreasi kiranya cukup pantas kita ber lelah sekalian
ber olah raga ke pantai2 itu.
Sepertinya Resort Tg Lesung ini bisa menikmati Sunrise maupun Sunset karena
letaknya
yang menjorok ke utara
Sayang saya ber target ber malam di P Umang , karena perjalanan hari kedua yang
harus mencapai Pelabuhan Ratu.
Keluar dari Tg Lesung Resort, saya drive jalan yang walau sempit tapi cukup
mulus

kearah Cigeulis dimana ada pertigaan saya belok ke kanan menuju pantai Camara
yang terkenal sejak dulu paling tidak menurut peta Indonesia versi sekolah anak
saya 20 th lalu...
Saya ngga lihat nama pantai ini di peta mudik Kompas atau Gatra dll, makanya
agak ragu2

mencapainya.
Namun setelah nyasar beberapa kali, saya bisa menemukan jalan ke arah Pantai
Camara , yang awalnya bagus walau sempit, namun mendekati tengah2 jalannya
berubah jadi agak parah. Saya ngga bisa jalan cepat, karena rusaknya jalan namun

saya masih belum pakai fasilitas 4 wheel drive , hanya jalan sangat ber
gelombang saja.
Mau balik ke jalan besar , tanggung padahal hari makin gelap, karena agak
mendung,
mendekati 1530 sudah agak gelap..
Di tengah perjalanan ketemu mobil pick up yang supirnya sangat baik memberi info

apakah dari jalan itu cukup laik ke arah Sumur, bukan lagi Camara Beach .
Penjelasannya cukup mengkhawatirkan , apalagi sang istri supir pick up yang ayu
itu
lebih bersemangat menolong kami dengan info2nya.
Kami terus lagi dan dari jauh telah melihat laut, ambil fotonya, jalan lagi yang

ternyata masih jauh nian.
Jadi agak kesal sama GPS yang ngga bisa berfungsi, dan peta dan direction dari
Google Maps
ternyata ngga terlalu sesuai dengan kenyataan...
Setelah terus menerus bertanya kami sampai juga ke pantai , mungkin bukan Camara
Beach ,
dan setelah ambil pasir lagi, kami usaha pakai supir ojek buat nunjukin jalan ke
arah Sumur
yang katanya ngga terlalu jauh [?]
Sang supir ojek , anak muda berdua kawannya setuju dengan imbalan Rp 50,000 meng
escort

ke Subur, namun minta duit bensin dulu, karena bensinnya abis...
Supir Ojek ini bukan sembarangan tampaknya karena rambutnya pirang dan gaya punk
sedikit

jauh dari gaya David Bekham..
Ketika si supir ojek nyari bensin, mobil pick up kelihatan nungguin kami, dan
dengan

sangat ramah menawarkan kalau kami mau di tunjukin jalan ke Sumur...
Surprise dan ajaib rasanya...
Jadilah dengan yakin ngikutin si pick up , kalau pick up bisa lewat pasti land
cruiser four wheel
drive juga bisa bukan ?
Hari sudah gelap benar, walau kami sudah iklas akan duit bensin yang kami
berikan ke supir

ojek , namun nggerutu juga karena merasa kok ngga balik tuh supir ojek...
Ternyata di tengah jalan, sudah agak jauh , si supir ojek nyusul dan ngomel kok
ditinggal....
Kami merasa bersalah ber prasangka buruk pada si supir Ojek yang punki [
colourful ] itu..
Perjalanan ke Sumur terus berlanjut dengan stressful , abis jalannya bukan cuma
rusak,

juga berlumpur... syukur sekali yang kami khawatirkan jembatan ada yang putus
ternyata

ngga ada, semua sdh ada jembatan sementara dari batang kelapa yang pas2an...
Kalau bisa bilang masih untung ya iya, [ filosofi Jawa ] kalau dibandingkan
perjalanan di

Flores yang jembatannya benar2 putus , tanpa pemberitahuan, hingga sang supir
taxi saya

sampai teriak kaget , mobil ampir masuk sungai...
Pada suatu bagian jalan si pick up mobilnya ambles , hingga penumpangnya turun
semua
termasuk saya , harus mendorong si pick up . Istri sang supir yang ayu ngga
turun tuh .
dan ketika lewat lumpurnya, si supir mendekati saya , memberitahu dekat situ
adalah

rumahnya....
Saya merasa bimbang , mau balik tanggung, mau terus di depan saya lumpur yang
bisa

bikin stuck. Akhirnya hanya berdoa saja , saya pakai fasilitas 4 wheel drive
yang jarang

saya gunakan , alhamdulillah lewat boooo...
Copilot saya sudah mau nangis tuh takut kalau harus nginap di jalan hahaha...
Kalau sdh gitu, selalu aja ingat , pemandu wisata di Holland American Cruise
ketika saya
tanya2 soal Machu Picchu bisa bilang ke Cisca , 'suami mu orang gila'....
Beliau itu agak kesal saya cuma nanya2 tapi nggak mau ikut paket tur nya ..
Waktu di MachuPicchu ketemu lagi beliau buang muka abis ketauan mau ambil untung

yang ngga kira2 ...
Beberapa kali lumpur yang dahsyat kami lewati dengan aman , hingga tiba di
Sumur.
Dari jauh kami sudah melihat Sumur dan P Umang di depannya yang penuh dengan
kerlap kerlip cahaya yang indah , memberi semangat untuk kami melalui jalan yang

mungkin ngga mau kedua kali kami lalui...
Kami masih berpapasan dengan beberapa truk besar sebelum mencapai Front Office
Hotel di P Umang di Sumur.
Setelah parkir kami agak kuatir, lampu indikator 4 wheel drive ngga mau mati
entah

kenapa , masalahnya perjalanan masih jauh...
Ngga bisa tunggu lama , kami daftar dulu buat check in , kamar paling murah Rp
1,6 juta
per malam tanpa breakfast, termasuk nyebrang pp ke P Umang.
Kami OK ratenya , namun sang petugas nambahin lagi, mesti tambah Rp 250,000.00
buat makan pagi, siang dan malam per orang.
Saya bilang kami ngga perlu makan karena hari sudah malam, sedang pagi2 akan
check out.
Sang petugas bilang akan telp ke jakarta karena yang di P Umang ngga bisa
memutuskan [?]
Ditunggu dan ditunggu ngga ada keputusan dan kami batal nginap di P Umang...
Petugas parkir masih berbaik hati memberi tip, ada hotel dekat situ yang murah,
jadi

kami menuju Hotel Rheno dekat situ, nginap dengan rumah2 bambu kayak cottage
dengan biaya Rp 300,000 .00 per malam tanpa breakfast also.
Si Ibu pemilik Hotel nawarin kalau mobil yang penuh lumpur mau dibersihkan.
Wah tentu mau, tapi minta Rp 100,000.00, saya bilang di Jakarta nyuci mobil
biasanya

Rp 25,000 pakai semprot dan air panas lagi.
Akhirnya setuju , dan yang bikin saya agak nyesel [ lagi2 ] yang nyuci mobil
malem2

semua perempuan , ada 3 orang termasuk Ibu pemilik hotel...
Kamar, cukup Ok, ada fan supaya ngga kepanasan, hawa kamar ngga terlalu panas
juga.
Kamar mandi cukup bersih , handuk bawa sendiri, juga sabun.
Suara toke yah OK juga, kami bisa tidur dengan baik.Malam pertama di selatan
Banten.
Pagi2 kami usaha untuk breakfast di P Umang, biayanya Rp 68,000.00 plus ongkos
ke
P Umang Rp 100,000.00 per orang.
Kami bisa menikmati breakfast dengan baik, makanan cukup OK , Indonesian food.
Yang bikin heran manager hotel kok berbaik hati nyambut kami dan memberikan
penjelasan2 ttg hotel itu. Cisca jadi berkesempatan ambil pasir yang kayaknya
dilarang di
P Umang ..Bahkan beliau nawarkan buat kami diambil foto berdua, yang memang
kami punya kesempatannya , karena bintang dalam foto2 kami cuma bekas pacar saya
selalu..
Ternyata setelah kembali dari P Umang kami ambil mobil, ada petugas disitu
menghampiri

kami dan menyapa karena ada sticker Wanadri di mobil saya.
Dia cerita tadi malam dia marah sama manager hotel karena mengabaikan saya buat
nginap di P Umang hanya karena memaksakan kami membayar biaya makan yang tidak
kami
makan...Pak Pieter kenal banyak kawan2 Wanadri karena berasal dari Bandung juga
.
Makanya Manager hotel jadi baik sampai nganter ke kapal segala, cuma kami sudah
keburu bayar biaya breakfast dan kapalnya hahaha...
Memersiapkan diri meninggalkan Sumur, kami sempat dapat pasir dari Pantai Sumur
juga

pasir yang ke 10 dalam perjalanan sampai Sumur.


Hari Kedua, Saptu 07 Agustus 2010

Sebelum Check Out dari Hotel Rhino, Sumur, saya ketemu seorang agak tua
yang ternyata pemilik Hotel [ istrinya masih muda tuh ] yang lagi bersih2 di
muka kamar hotel saya.
Setelah basa basi beliau nawarin untuk jalan2 nyewa kapal ke Ujung Kulon dll.
Saya tanya buget nya kira2 berapa , yang di jawab kira2 Rp 1 juta , saya setujui

dan Bapak itu pergi dgn motornya cari kapal nelayan ber mesin satu.
Nunggu lama , akhirnya beliau datang dengan pemilik kapal, namun pembicaraan
jadi berbeda karena pemilik kapal menawarkan Rp 1,5 jt pp ke Ujung Kulon,
P Peucang dll . Saya juga mikir soal waktu yang akan memakan lebih dari 6 jam
saya batalkan rencana ke Ujung Kulon dan breakfast di P Umang saja.
Dari Sumur saya drive menuju Cimanggu yang walau sempit cukup baik
dilalui, Mulai dari mendekati Cimanggu sampai Cibaliung yang merupakan jalan
simpang

ke Muarabiuangeun, jalannya rusak sekali namun kering tidak berlumpur.
Dari Cibaliung ke Muarabinuangeun jalan ada yang rusak namun secara keseluruhan
kita bisa jalan lebih cepat rata2 60 km/jam.
Sampai disini saya bisa menyatakan surprise karena pantai Selatan Banten
termasuk

Sumur yang katanya sangat terpencil ternyata ngga beda dengan daerah2 lain
misalnya

dari Leuwiliang ke Pandeglang . Walau agak sepi, namun masyarakat dengan motor
atau kendaraan umum ramai sekali di jalan2 dan rumah2 penduduk pun ngga putus2
sepanjang jalan, cukup berada , dibanding ketika saya melewati jalan2 di desa2
Jawa
Tengah 20 tahun lalu yang terasa miskin, rumah dari gedek . Saya berkesempatan
juga membandingkan rumah2 penduduk di sini dengan rumah2 penduduk di Myanmar
walau antara dua kota besar Yangon dan Pegu atau Mandalay , sangat amat miskin
dibanding desa2 yang sangat remote macam Selatan Banten.
Sampai di Muarabinuangeun kami sempat mampir di toko serba ada macam Indomart
atau Alfa yang ada dimana2 sepanjang kota2 kecil termasuk lapak2 yang menjual
buah2
import terutama ex China ...Ngga terlalu miskin atau terlalu rendah lah buying
power
masyarakat desa kita ?
Saya mendapat informasi Muarabinuangeun merupakan muara pertemuan sungai
dan laut . Lokasi ini juga tempat para nelayan menjual hasil tangkapan ikan nya
.
Lanjut saya drive terus ke Pantai Karang Malang, Pantai Kirana , Pantai
Malingping
Pantai Pasir Putih [ Pasput] Malingping, Pantai Cihara,Pantai Cibobo, Pantai
Bayah ,

Kami berkesempatan dapat banyak sekali pasir buat di koleksi yg walau kelihatan
agak

sama ternyata tetap berbeda.
Di Pantai Bayah kami mampir di Restoran Sea Food Wa ' Nyai yang kami rasakan
mak nyus , kami pesan ikan baronang bakar yang agak beda bumbunya maupun rasa
ikannya
yang kayak ikan cod, ikan favourite saya.
Habis makan ikan ini the next day kami merasa bab maupun bak ngga ada aroma
amis,

berbeda ketika bermalam di Sumur, abis makan siang di Mak Entin .....[ maaf ].
Lanjut ke pantai2 lain, setelah Bayah, Pantai Karang Taraje , Pantai Pulau Manuk
yang ada
entrance fee Rp 10,000 per orang, pantai ini bisa melihat pulau Manuk dan kita
bisa menyebrang
ke Pulau Manuk ini dengan berjalan dari darat kalau air ngga pasang.
Pemandangan pulau dan pantainya bagus sekali.
Dekat pantai P Manuk ada muara sungai lagi yang datang dari arah kota Cikotok
[?]

Di Muara ini, banyak orang dgn alat tertentu menangkap teri2 kecil yang mungkin
enak
sekali kalau di goreng.
Lanjut ke timur, masih menyusuri pantai kita tiba di desa Tg Layar [ ?] dimana
kita bisa mencapai

pantai Tg Layar dan Pantai Sarwana [ Tanah Lot Banten ] hanya melalui jalan
kecil dengan ojek.
Di awali jempatan gantung yang melintas diatas sungai yg besar hanya saya naik
ojek ke Sarwana itu
Cisca nunggu di mobil.
Wah jalan yang ber belok2 sempit nakutin juga , walau ngga sampai harus pakai
motor trail seperti
di P Nusa kambangan ketika saya dan cisca naik motor trail ke Gua Maria Nusa
kambangan...
Di sepanjang jalan ke pantai banyak hostel2 atau homestay yang juga dihuni turis
asing.
Sarwana merupakan turis spot yang menjanjijkan dan paling maju diantara semua
pantai yang

saya datangi. selain Karang Hawu.dekat Pelabuhan Ratu.
Saya tanya supir ojek saya, Kang Deden , kenapa Sarwana bisa menarik dikunjungi
walau
harus nyewa ojek segala, nyusahin buat mengunjungi ?
Kang Deden bilang Sarwana bagus sekali, kayak Tanah Lot Bali, persis seperti
tulisan Mbak Yati

di milis JS ini, untuk tidak melewatkan Sarwana yang indah dan mistik...
Memang ketika saya sampai, saya melihat 2 bongkahan karang besar berdiri cukup
tinggi di
padang batu yang kaya landasan pesawat terbang....rata dan lurus.
Terasa mistis menginjakan kaki dekat padang batu sampai karang besar itu,
bingung dan susah
mengerti walau sudah dicoba bagaimana bisa terbentuk tempat seperti itu ?
Sayang Cisca ngga ikut...
Dari Sarwana saya diantar Kang Deden yang sangat baby face [ saya panggil dia
Ujang karena

saya lihat dia masih kecil/muda sekali , ternyata dia sdh punya dua anak...] ke
Tanjung Layar Beach

Dari jauh saya lihat ada motor lagi panen pasir, begitu saya datang , kabur dia
, rupanya dia takut

melihat saya yang ber kaus loreng kayak mau nangkap dia.
Memang hampir semua pantai atau tempat yang saya kunjungi , terasa hukum ngga
terlalu ditaati.
Banyak pantai rusak di explore semaunya, banyak preman jadi penguasa mungutin
entrance fee,
parkir dan galak nya sama kayak di Jakarta aja...
Pakai kaus loreng sedikit mengurangi galaknya preman2 setempat itu..

Trus lanjut ke timur mengunjungi Pantai Cibangban, Pantai Mutiara,
Di Pantai Muara ini banyak sekali batu2 nya kecil besar yang sedang di panen
oleh penduduk setempat.
Kalau di Timor Selatan [batunya warna warni ] penduduk manen nya kecil2an,
demikian juga

di Pantai Nangapanda [ batunya hijau kecil, besar ] , penduduk di Pantai Muara
ini , buka penjualan

batu macam2 ber karung2.
Saya sendiri sempat beli batu2 kecil besar 3 karung buat koleksi....akan
dipajang sebagian di lemari koleksi

harganya murah seperempat dari kalau beli di Senayan misalnya...
Mendekati senja kami mampir di Karang Hawu yang beberapa kali kami kunjungi ,
kalau ke Pelabuhan Ratu.
Disini juga bisa dilihat karang yang bolong ditembus ombak sampai ada 3 karang
ber turut2..
Mestinya saya bisa upload foto2nya nih, sekarang belum.
Ada makam keramat juga disini yang banyak dikunjungi masyarakat, dan dekat
pantai ada

panggung rakyat yang diisi oleh penyanyi2 cantik bersuara OK.
Kayaknya kami datang di hari Saptu bulan puasa banyak sekali turis2 lokal yang
datang ke pantai2

dan yang teramai adalah Karang Hawu ini.
Makin gelap, kami segera bergegas ke Pelabuhan Ratu untuk bermalam, dan nginap
di Hotel Cleopatra

dekat Pantai Sukajana , yang fully booked.
Ketika Check In kami ketemu dengan pemilik hotel dan bertanya kondisi jalan ke
arah Pangandaran.
Beliau berapi2 menerangkan bahwa jalan ke Pameungpeuk yang kami kawatirkan
ternyata bagus
, bahkan pemilik hotel itu bilang dua minggu lalu baru kesana sama P Bupati ..
Penjelasan ini sungguh membesarkan hati sebab saya sendiri sdh bikin option
plan kalau ternyata mendekati

daerah itu memang ngga bisa dilalui.
Jadi mantap meyakinkan Cisca bahwa jalanan OK, kita jadi lanjut ke
Pangandaran...


Hari ke tiga , Minggu 08 Agustus 2010,

Sampai tadi malam, kami telah mendapatkan lebih dari 35 lokasi pasir
buat koleksi , termasuk dari Pantai Sukajana di depan hotel .
Check out pagi2 menuju kota Pelabuhan Ratu, isi bensin dan sempat nyasar
sebentar kearah Sukabumi, padahal kami harus ke arah selatan ,
ke Ujung Genteng.
Jalanan ke Ujung Genteng juga mulus seperti jalan raya dari Bayah ke Pelabuhan
Ratu.
Saya merasa hasil dari reformasi atau pengembangan wilayah jadi propinsi Banten
mungkin bisa dirasakan positif, walau Bupati pandeglang harus masuk penjara
karena korupsi . Kalau pejabat2 itu ngga korupsi mungkin daerah Banten itu
lebih maju dari sekarang.
Bayangkan sepanjang jalan kami melihat banyak explorasi tambang emas, batubara,
perkenbunan, batu, pasir dll yang memungkinkan PAD membiayai projek2 prasarana
Jalan ke selatan mulus sekali , naik turun kayak Puncak.
Kami liat ada promosi Pantai Loji , dan kami sempatkan mampir , ternyata jauh
dan
masuk keluar kampung... Lagi2 kami liat kampung yang cukup baik, kalau ngga
bisa dibilang kaya.Lagi2 buat entrance fee masuk desa kami disuruh bayar...
Nggak lama di pantai , dan ngga terus ada panatai dan wihara besar dekat situ,
kami

balik ke jalan raya, sempat beli sawo, semangka dll yang harga dan pelayanannya
lagi2 ngga beda dengan jakarta ...
Kami lanjut terus dengan jalan yag ber kelok2 tapi mulus, hingga ke dekat kota
Pasawahan
belok kanan karena mau coba mampir di pantai Cikadal, baru ke Ujung Genteng.
Jalan memang mulus menyenangkan, tapi ternyata di pertigaan dekat Sanggawa kami
belok kiri ngikutin kendaraan umum ke arah Ujung Genteng yang menyebabkan kami
kehilangan arah ke Cikadal Beach .
Dari jalan kecil itu jalan bertemu dengan jalan raya dr Pelabuhan Ratu ke Ujung
Genteng

di kota Cisaat , dan dari cisaat ke Cikarang kami sampai di ujung Genteng.
Sekali lagi sepanjang jalan kami ter kagum2 akan kemajuan desa2 maupun
sarananya
karena ke Ujung Genteng sama sekali bukan remote area, cuma agak jauh dari
Bandung
atau Sukabumi. Saya merasa Ujung Genteng hampir sama ramainya dengan
Pangandaran
menjadi kota wisata laut orang Jabar yang potential karena bagusnya .
Banyak sekali homestay atau fasilitas bagi turis2 walau belum seperti
Pangandaran sebelum
Tsunami apalagi setelah Tsunami.
Juga sama dengan wisata pantai di Banten Selatan dan Jabar sebelum Pel Ratu,
Ujung Genteng ramainya bukan main, kami terus drive ke Pangeumbahan , sewa supir
ojek lagi
jalanannya nggak bagus tapi sedan masih bisa lewat rasanya.
Sayang sarana jalan yang tidak dibangun dengan baik, mungkin nggak lama lagi.
Di dua tempat ini pemandangan yang fantastis suasana wisata untuk berenang
mestinya OK
Warung2 di Ujung Genteng banyak sekali sedang Pangeumbahan memang daerah
terbatas

pengembangan penyu, jadi sepi.
Tempat penangkaran penyu juga sedang banyak membangun.
Kami tertarik pada satu2nya tempat beli souvenir di Ujung Genteng, kami dapat
macam2 shell

kerang yg lucu2 yang nggak kami lihat di tempat2 lain.
Lebih dari sepuluh macam kerang kami beli melengkapi beberapa yang di dapat di
Sarinah Thamrin
atau di Petak Sembilan [ kerang kecil buat main congklak berwarna kuning, abu2
dan putih [ 3 macam]
harganya murah sekali cuma sepuluh ribu segelas , dibanding di Sarinah yang 25
ribu...
Ketika terlalu asyik beli ada barang yg sdh kami bayar ketinggalan tanpa terasa,
yang punya toko
mengejar kami dengan motor dan menyerahkan barang yang kami beli itu dengan
syukur...
What a wonderful life ...Banyak pengalaman2 mengharukan kami alami macam ini
dalam melakukan
perjalanan2 baik di Indonesia maupun di belahan dunia lain.
Dari Ujung Genteng sudah lewat tengah hari, terburu2 kami menuju Surade dan
terus kami bertanya

pada polisi di beberapa polsek yang jawabannya meyakinkan...soal kondisi jalan
dan keamanan.
Bapak dan Ibu pemilik toko souvenir malah memberi informasi yang mengkhawatirkan
mulai Babadan

sampai Cidaun.
Kami sudah ngga punya pilihan lain terus onward never retreat.
Kenyataannya jalan dari Surade hingga Tegalbuleud cukup baik dan aman, tapi
setelah itu mulai
jalanan baik dan buruk bergantian , dan banyak buruknya.
Seburuk2nya penggal jalan Tegalbuleud sampai Sindang Barang ngga sampai kami
mempergunakan
fasilitas 4 wheel drive , namun jalannya rusak karena banyaknya truk mengangkut
pasir dan kayu
yg keterlaluan bergelombang kayak ombak , jalan harus perlahan , juga kadang2
sudah diperbaiki

dengan batu2 pecahan yang berbahaya bisa merobek ban.
Sebenarnya sepanjang jalan hingga Sindang Barang banyak sekali perkebunan karet
, pinus dll

yang menghasilkan . Mestinya satu saat perbaikan bisa diselesaikan hingga jalana
akan bisa ditempuh
jauh lebih cepat.
SEpanjang jalan banyak truk, juga kendaraan umum bukan bis.
Motor cukup banyak tapi lebih sedikit dari penggal jalan yg lain.
Kami di lewati berkali2 oleh tiga pengendara motor besar yg rupanya crossing off
road disitu,

berhenti ber kali2 karena jalan rusak dan ber debu.
Sindang barang ke Cidaun jalan lebih baik demikian juga penggal jalan dari
Cidaun ke Pameungpeuk.
Ada penggal jalan yang rusak diantaranya , yang ngga kecatat nama kota2nya.
Dari Cikelet sampai Pameungpeuk jalannya bagus , juga pada penggal jalan2
tertentu yang rupanya
baru diperbaiki.
Kesimpulan , info Google jalan antara Cidaun ke Pameungpeuk putus tidak benar,
bahkan sebagian bagus .
Walau sedan ngga rekomendebel lewat situ namun masih bisa lewat.
Kami sampai di Pameungpeuk mendekati sore hari , masih sempat mengunjungi Pantai
Sindang barang,
Pantai Cidaun, Pantai Jayanti , Pantai Ranca buaya, Pantai Pameungpeuk.
Ada turis spot dekat Ranca Buaya kami datangi , tapi lokasinya seperti tebing
Cliff dengan taman duduk2

jauh dari pantai laut.Jadi kami ngga bisa dapat pasirnya.
Hari itu kami nginap di Hotel terbaik di Pameungpeuk, yaitu hotel ANB Resort
Hotel , Rp 250,000 semalam.
Pasir yang terkoleksi kira2 50 lokasi.

Hari keempat , Senen 09 Agustus 2010 ,

Masih di Pameungpeuk, kami kembali ke arah barat untuk berkunjung ke Pantai
Sentolo dan Pantai

Sayang Heulang . Di kedua pantai ini juga banyak hostel atau homestay selain
warung2 makan dll.
Lapan terletak dekat Pantai Sentolo merupakan tempat yang menarik juga buat
berkunjung sebenarnya

karena disini tempat peluncuran roket2 kita.
Kami lihat perawatan hutan di sekitar Pantai Sayang heulang cukup baik, jalan
masuk ke pantai
rimbun dan hijau.
Lanjut kearah timur, jalan juga kadang bagus ,kadang bagus sekali, tapi banyak
juga yang rusak,
kami melwati dan berkunjung ke Pantai Bubujung Indah, Pantai Cipatujah, Pantai
Karang Anyar
selatan Tasik malaya, , Pantai Pangkalan selatan kota Cikalong, Pantai Nusa
manuk , Pantai
Bojong selawe di Parigi, Sebelum Pantai Parigi ini kami lewat di Green Canyon
namun ngga mampir
nyesel juga tuh.
Dari Bojong Selawe beach parigi , kami lanjut ke pantai Karang Hiu, bayar
entrance fee 15,000
Keluar Pantai Karang Hiu , langsung ke Pantai pangandaran Barat , sempat sewa
perahu nelayan ke
kawasan cagar alam yg pantainya berwarna putih.Trus ke kawasan Pangandaran
Timur , kebanyakan
pantainya sdh diturap agar tidak erosi, susah juga cari pasir pantainya.
Akhirnya dapat pasir di dalam

area cagar alam...
Jalan2 cari warung sea food yang enak, kami mampir di toko souvenir lagi, wah
dapat ikan buntel

besar yg sudah dikeringkan.
Ada dua macam yang berduri dan yang tidak. Ikan2 itu melengkapi koleksi ikan
buntel lain yang sdh

ada sejak 18 thn lalu...
Kami juga menambahi koleksi yang dibeli di Ujung Genteng dengan beberapa jenis
kerang besar dan

kecil , sangat menyenangkan...Toko ini juga jual souvenir pasir per gelas 10,000
atau kurang
Saya beli karena pasirnya juga beda dengan yg saya ambil...
Beli oleh2 di Pangandaran Timur ? Jangan lupa beli ikan kecil tepung yg digoreng
atau udang goreng

yg kremes , murah...sekilo antara 45,000 dan 30,000 [ udang]
gula aren per buah 4,500.
Rasa puas berkunjung di Pangandaran kami lengkapi dengan makan seafood krapu
bakar lagi Rp 49,000
di RM Ibu Surman tel 0265 630174.
Saya yakin disini lebih murah dari di Pangandaran barat.

Lanjut dibawah hujan kami drive ke G Galunggung yang terasa sangat jauh .
Apalagi banyak sekali angkot2 dan bis yang berhenti semaunya hingga macet
melulu.
Di Tasikmalaya kena macet parah, hujan makin besar hingga hampir membatalkan ke
G Galunggung, akhirnya ketika di pertigaan ke G Galunggung kami tetap belok dan
berusaha
mencapai kaki Gunung Kami puas dulu setelah dapat pasir hitam G Galunggung
walau
ngga di puncak , atau ngga sampai menapaki 800 anak tangga ke kawah Galunggung
seperti

cerita Mbak Yati..

Malam itu juga kami kembali ke Jakarta dan sampai kira2 1230 tengah malam.

Laporan Perjalanan ini akan disambung dengan perjalanan ke pulau2 seribu dan
cruising ke Penang dan Phuket ..


 

 

 

 

 

Alex Setia

Policy Owner Services (POS)

PT. Asuransi Jiwa Recapital (Relife)

Recapital Building Lt. 7 Jl. Adityawarman No.53-57 Kebayoran Baru, Jakarta Selatan

T : 021-725 6272 (Hunting) ext: 828  F : 021-725 6615

alex.setia@relife.co.id

P Save a tree. Don ' t print this e-mail unless it ' s necessary

 


__._,_.___
Recent Activity:
- KOPDAR RUTIN KHCC 1x 1 bulan, minggu pertama hari Jum'at, Pelataran Patung Panahan Senayan, Jam 18.30 - 21.30
==========================================================================
- Info, masukan, saran maupun kritik untuk KHCC, silahkan kirim email ke : pengurus@khcc.or.id
===========================================================================
Related Link:       http://www.khcc.or.id
.

__,_._,___